Selasa, 08 Mei 2012

MENYULAP KOS-KOSAN MENJADI PERUSAHAAN

Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa jumlah pengangguran pada Februari 2010 mencapai 8,59 juta orang atau 7,41 persen dari total angkatan kerja. Secara umum Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) cenderung menurun, dimana TPT Februari 2010 sebesar 7,41 persen, turun dari TPT Agustus 2009 sebesar 7,87 persen dan TPT Februari 2009 sebesar 8,14 persen. Jika dibandingkan keadaan Agustus 2009 TPT untuk semua tingkat pendidikan mengalami penurunan, kecuali TPT untuk tingkat pendidikan Diploma dan Sarjana yang mengalami kenaikan masing-masing sebesar 2,05 persen dan 1,16 persen, TPT untuk pendidikan Sarjana sebesar 14,24 persen dan TPT untuk pendidikan Diploma mendominasi, yaitu sebesar 15,71 persen. Sementara itu, Badan Perburuhan Internasional (ILO) mencatat jumlah pengangguran usia muda di seluruh dunia tertinggi pada 2009, yakni sebanyak 13 persen atau 81 juta. (Berita Resmi Statistik No. 33/05/Th. XIII, 10 Mei 2010)

Data tersebut mungkin membuat kita tercengang, melihat prosentase pengangguran yang tinggi justru diraih oleh kaum yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Kelompok pemuda yang telah banyak disuguhi asam garam pendidikan, yang diharapkan mampu menjadi manusia
pilihan sehingga dapat memperbaiki keadaan, minimal di keluarganya, sampai kepada negara, justru menjadi aset negatif bagi bangsa. Setiap kelulusan dan wisudanya, di balik kegembiraan memperjuangkan tugas akhir atau skripsinya selalu menyisakan PR besar yang hingga kini belum terurai, ‘nganggur’.

Tentu harus ditemukan formula yang tepat untuk mengurangi bahkan menghilangkan angka pengangguran, terutama pada kaum muda yang memiliki tingkat pendidikan tinggi. Salah satu langkah tepat yang bisa ditempuh adalah dengan berwirausaha. Berusaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan.

Wirausaha akan menjadi penting mengingat semakin banyaknya pemuda yang menganggur dalam keadaan yang seharusnya tidak layak untuk menganggur. Bahkan wirausaha dapat dimulai sejak pemuda masih duduk di bangku sekolah atau kuliah, tanpa menunggu kelulusan mereka. Hal ini justru akan semakin mempercepat proses perolehan pekerjaan bagi dirinya setelah lulus dan bahkan bisa membuka peluang bagi orang lain utuk bekerja pada usaha yang mereka jalankan.

Selain dapat dirasakan manfaatnya ketika mereka telah selesai mengerjakan beban studinya, yang lebih penting jika seseorang melakukan wirausaha adalah mereka telah membangun aset. Sekecil apapun dana yang mereka pakai, akan lebih awet dan menghasilkan jika dibelanjakan dengan barang-barang yang dapat digunakan untuk berwirausaha. Aset berupa barang produktif akan senantiasa menghasilkan. Belum lagi aset yang tak terlihat seperti pengalaman atau relasi yang akan sangat mendukung ketika usaha yang dilakukan sudah berjalan.

Pemuda muslim hendaknya mengetahui dan menyadari tentang kewajibannya mempertahankan hidup. Jika seorang laki-laki telah berusia baligh, maka ia diwajibkan menghidupi dan mengurusi dirinya sendiri. Sebab, ia telah menjadi seorang mukallaf yang diberi beban untuk melaksanakan seluruh perintah Allah secara mandiri, termasuk menafkahi dirinya sendiri. Adapun jika ia adalah anak perempuan; maka kewajiban memberi nafkah orang tua gugur, jika anak wanita tersebut telah menikah. Dengan motivasi yang telah diajarkan Rasulullah SAW tersebut, seorang pemuda muslim yang terketuk hatinya pasti akan senantiasa berusaha untuk mendapatkan nafkah bagi kelangsungan hidup dirinya, dan tidak selalu bergantung pada pemberian orang tua. Dan sejak inilah sesungguhnya seorang pemuda dituntut untuk berwirausaha.

Beraksi Memulai Wirausaha

Banyak orang yang memiliki peluang untuk berwirausaha namun mereka mengabaikannya. Modal, baik kreativitas, bakat, dan bahkan dana tidak jarang dimiliki para generasi muda yang berkecukupan, meski yang mencukupi juga dari orang tuanya. Namun karena terlenakan dengan fasilitas yang mereka dapatkan, justru potensi untuk berwirausaha mati. Hal itu terjadi karena tidak adanya keinginan untuk mandiri. Maka dari itulah bagian teratas yang harus dimiliki oleh seorang pemuda calon pengusaha adalah ‘ingin’. Ingin berusaha, ingin berwirausaha, ingin sukses, dan sebagainya. Ketika keinginan ini sudah muncul, maka segala potensi yang dimilikinya dapat dimanfaatkan sesuai dengan kadarnya.

Setelah memunculkan keinginan, langkah selanjutnya adalah menumbuhkan kemauan. Sulit bagi seseorang untuk memunculkan kemauan cecara tiba-tiba. Namun ketika kemauan ini tidak muncul, maka keinginan itupun tidak akan dimulai pewujudannya. Banyak hal-hal yang dapat diadopsi dari keseharian seseorang untuk menumbuhkan kemauan.

Memulai dari hobi. Inilah teknik jitu para pengusaha dalam memulai usahanya. Sesuatu yang telah disukai akan selalu dipelajari sedetail mungkin, sehingga seseorang akan benar-benar paham luar dalam tentang hobinya tersebut. Lubang inilah yang harus dimasuki oleh sisi wirausaha, sehingga bila aktivitas didasarkan dengan kesenangan, prosesnya pun akan lebih mudah mengalir.

Selain dengan hobi, cara efektif untuk menumbuhkan kemauan yaitu dengan mengkondisikan diri dengan kondisi yang terjepit, terdesak, butuh bantuan, dan lain-lain. Salah satu langkah adalah dengan berkomitmen untuk bisa menafkahi diri sendiri tanpa harus merogoh kantong orang tua atau keluarga. Dengan demikian, ketika seorang pemuda yang belum bekerja dan belum berpanghasilan memberanikan diri untuk bisa membiayai hidupnya sendiri, maka akan timbul pikiran bagaimana untuk mendapatkan penghasilan yang dapat digunakan untuk membiayai hidupnya. Kondisi kepepet inilah yang akhirnya menimbulkan kemauan yang besar untuk memulai berwirausaha.

Keinginan dan kemauan saja tidak cukup. Keinginan tanpa aksi nyata ibarat mimpi. Aksi nyata yang tidak dilaksanakan terus menerus akan mati pula. Sehingga dibutuhkan sebuah komitmen untuk mewujudkan keinginan itu. Salah satu cara ampuh untuk menjaga komitmen itu adalah dengan memvisualisasikan kesuksesan yang ingin diraih. Dari sinilah kemudian diurai step by step untuk mempermudah langkah pencapaian keinginan tersebut. Setelah langkah-langkah tersebut dibuat, selain dijalankan satu per satu, tentunya sebagai seorang pemuda muslim harus tetap berkomitmen untuk sukses, tidak berbuat maksiat dan bersyukurlah atas segala nikmat yang telah Allah swt berikan.

Sebagian orang akan berkomentar bahwa mereka kesulitan modal untuk memulai usaha. Namun tidak sedikit pula jika mereka tiba-tiba disodori dana yang cukup besar untuk memulai usahanya, mereka bingung apa yang mesti dilakukannya. Dari sinilah perlu memikirkan konsep usaha yang akan dijalankan, meskipun modal belum dimiliki. Kematangan perencanaan akan menjadi separuh keberhasilan dalam pelaksanaan usaha tersebut. Terbukti banyak para pengusaha yang memulai dan mengembangkan usahanya tanpa mengeluarkan dana dari kantong mereka.

Melayani Orang Malas

Kehidupan yang serba instan kini telah menyebar ke seluruh lapisan masyarakat. Sehingga sesuatu yang instanlah yang akan menjadi mangsa pasar. Sebaliknya hal-hal yang terkesan tradisional tidak dilirik, meskipun terkadang memiliki kualitas jauh lebih unggul daripada barang instan tersebut. Dengan segala hal yang serba instan itulah kemudian muncul kemalasan-kemalasan. Dari sinilah lalu muncul peluang besar yang siap digarap. Melayani orang malas. Karena salah satu prinsip dalam membesarkan usaha adalah dengan melayani orang-orang malas. Orang malas akan selalu ingin mendapatkan apa yang diinginkannya cepat dan tepat.

BangDion @ 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bicaralah, Tulislah, Isi Hati Anda Ketika Melihat Situs Ini